Kamis, 23 Februari 2012
Senin, 20 Februari 2012
PENDIDIKAN NILAI, SOLUSI MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN PELAJAR*
Oleh
Sovia Isniati (SMA N 1 Kretek)
Globalisasi telah
menempatkan manusia pada dunia tanpa batas (borderless world).
Globalisasi yang disertai dengan revolusi di bidang ICT (Information and
Communication Technology) membawa pengaruh pada perilaku di kalangan
generasi muda termasuk para pelajar. Berbagai kemudahan memperoleh informasi
akibat akselerasi di bidang ICT telah membuat generasi muda Indonesia yang
merupakan tulang punggung bangsa teracuni dengan berbagai dampak negatif
globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi di lapangan yang menunjukkan
bahwa munculnya budaya kekerasan, konsumerisme menjadi gaya hidup kawula muda,
lunturnya semangat kegotong royongan, kurangnya penghargaan terhadap budaya
sendiri, meninggalkan hasil produksi dalam negeri dan lebih membanggakan hasil
produksi luar negeri, bahkan hingga sekarang, dunia pendidikan masih diwarnai
perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga
mengkonsumsi minuman keras dan narkotika. Bahkan sudah ada gejala peredaran
adegan porno yang diperankan oleh para pelajar. Kondisi ini tentu saja
menjadikan satu keprihatinan bagi kita. Akan tetapi fenomena ini tidak akan
terjadi apabila orang tua dan lembaga pendidikan berhasil menerapkan pendekatan
pendidikan nilai dan mengajarkan nilai moral yang berlaku di masyarakat.
Berkaitan dengan
pendekatan pendidikan nilai, Kirchenbaum menyarankan pendidikan nilai yang
komprehensif yang meliputi Inculcation (Inkulkasi), Fasilitation
(fasilitasi), dan pembinaan keterampilan (skill building). Pendekatan
penanaman nilai (inkulkasi) mengusahakan agar para siswa mengenal dan menerima
nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan,
menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Nilai adalah seperangkat
sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran
dalam kelakuan. Pengertian lain dari nilai adalah the addresse of a yes.
Artinya nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan ya. Nilai merupakan
sesuatu yang mempunyai konotasi positif. Dalam dunia pendidikan, pendidikan
nilai merupakan salah satu bagian dari pendidikan afektif. Tujuan pendidikan
afektif adalah membantu siswa agar meningkat dalam hierarki afektif, yakni dari
tingkat paling bawah (menerima pernyataan tentang nilai-nilai) melalui tingkat
merespons terhadap nilai-nilai kemudian menghargainya, merasa komitmen terhadap
nilai-nilai itu dan akhirnya menginternalisasikan sistem nilai sebagai tingkat
tertinggi dalam perkembangan afektif.
Proses pembelajaran yang
diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan
perubahan diri siswa secara terencana baik aspek pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Namun banyaknya materi bahasan yang dibebankan oleh kurikulum
dengan keterbatasan waktu yang tersedia merupakan kendala bagi guru untuk dapat
mengoptimalkan penanaman nilai-nilai pada siswa. Untuk mengejar target
kurikulum, guru dalam pembelajaran cenderung lebih menekankan penguasaan materi
ajar. Nilai-nilai yang dapat
dikembangkan dalam diri siswa adalah nilai-nilai nurani (values of being) yang
meliputi ketaqwaan kepada Tuhan YME, kejujuran, rasa percaya diri, kesabaran,
ketertiban, dan keberanian. Sedangkan nilai-nilai yang memberi (values of
giving) meliputi kesetiaan, dapat dipercaya, menghormati, empati dan simpati, kasih
sayang, ramah, dan adil. Pendidikan nilai
sebenarnya sudah didapatkan anak semenjak berada di lingkungan keluarga maupun
lingkungan sekitar. Secara sadar atau tidak, mereka sudah mulai mengembangkan
pendidikan nilai melalui pengamatan terhadap orang tua, teman, media, yang pada
akhirnya mereka akan meniru apa yang telah mereka lihat setiap hari.
Pengembangan pendidikan nilai dilanjutkan pada lembaga pendidikan atau sekolah.
Bagaimana metode
pendidikan nilai yang tepat dan menyenangkan? Sebagai guru pertama bagi anak,
orangtua berperan penting menjadi pelaku nilai, baik nilai-nilai nurani maupun
nilai-nilai memberi. Mulailah dari hal kecil seperti membiasakan salam, berkata
santun, hingga pada hal paten seperti salat lima waktu bagi keluarga muslim.
Sebagai teladan, orangtua harus menunjukkan kepada anak bahwa orangtua
“menjunjung tinggi nilai itu”. Selanjutnya sekolah
sebagai subkontraktor pendidikan nilai mempunyai tanggung jawab melanjutkan
penanaman pendidikan nilai. Di sekolah ada guru yang mengajarkan
pendidikan agama, guru pendidikan kewarganegaraan, dan bahkan guru bimbingan
dan konseling, tetapi pada kenyataannya jam pelajaran sangatlah minim
dibandingkan dengan kuantitas jam pelajaran pada disiplin ilmu lainnya.
Karena itu seharusnya guru yang mengajarkan disiplin ilmu lain, ikut aktif menanamkan pendidikan nilai. Sehingga pelaksanaannya kontinyu tidak terpusat pada satu atau dua mata pelajaran. Sehingga semua yang terlibat pada proses pembelajaran di sekolah, bisa menjadi pelaku nilai moral, karena seorang guru panutan bag isiswanya baik dalam berucap ataupun bersikap.
Karena itu seharusnya guru yang mengajarkan disiplin ilmu lain, ikut aktif menanamkan pendidikan nilai. Sehingga pelaksanaannya kontinyu tidak terpusat pada satu atau dua mata pelajaran. Sehingga semua yang terlibat pada proses pembelajaran di sekolah, bisa menjadi pelaku nilai moral, karena seorang guru panutan bag isiswanya baik dalam berucap ataupun bersikap.
Kegagalan orang tua atau guru dalam menanamkan
pendidikan nilai bisa jadi karena metode yang kita gunakan kurang efisien atau
membosankan. Untuk itu sudah saatnya kita mencoba membenahinya dengan metode
lainnya, sehingga tujuan akan tercapai. Pertama, diskusi atau problem solving
dimana anak kita libatkan untuk mengemukakan ide dalam mencari solusi masalah
yang sering mereka alami, sementara kita membantu mereka mengembangkan minat
dan kemampuan mereka sendiri untuk berbicara. Nilai-nilai yang kita ajarkan
perlahan-lahan namun pasti akan menular kepada mereka apabila kita sering
berinteraksi. Kedua, permainan (game) skenario kita betul-betul
menempatkan diri anak dalam situasi yang memperlihatkan konsekuensi serta
hubungan sebab akibat dalam berbagai pilihan atau perilaku. ketiga,
penghargaan dan pujian yang positif, perhatian positif yang kita berikan
saat seorang anak menunjukkan citra diri (self - image) dan individualitasnya
dapat membangun rasa percaya dirinya dan hal ini diperlukan untuk mendapatkan
keandalan diri (self-reliance). Pujilah mereka saat menunjukkan tindakan
pengembangan nilai karena akan membuat mereka bangga dan merasa dapatdiandalkan.
Keempat, membiasakan pepatah-pepatah atau kata-kata bijak, untuk
menanamkan nilai moral yang kuat kedalam benak seorang anak kita harus
membiasakan pepatah atau kata bijak yang menyatakan suatu nilai moral
Mengingat pentingnya
pendidikan nilai pada anak, sudah seharusnya orang tua dan lembaga pendidikan
berbenah diri dengan mengubah tradisi dan memanfaatkan sarana prasana yang
menunjang pengembangan pendidikan nilai. Mari bahu membahu untuk
mewujudkan pribadi generasi kita yang mengaplikasikan pendidikan nilai. Oleh
karena itu pendidikan nilai harus kita berikan sekarang dan seterusnya.
* Artikel ini telah di publikasikan di Harian Jogja, Sabtu Wage, 25 Juli 2009
Kamis, 16 Februari 2012
MGMP Sejarah SMA/MA Kabupaten Bantul pada Bulan Oktober 2011 membentuk pengurus baru periode 2011 s.d 2013 dengan Ketua Marharjono S.Pd (SMA Sewon) Ketua II Sukarja S.Pd.(SMA Dlingo) Sekretaris I , II Rudi Purwono, S.Pd (SMA 2 Banguntapan) dan Wahyudi SPd (SMA N Bambanglipuro) dan dilengkapi dengan 6 anggota pengurus.
Pada tahun pelajaran 2011/2012 merencanakan program kegiatan 10 kali pertemuan :
1. Sosialisasi Program kepada peserta tempat di SMA N 1 Sewon (sudah terlaksana bulan oktober 2011)
2. .Pendalaman Materi Pengembangan Profesi I nara sumber Drs Sujarwa (Widya Iswara LPMP Yogyakarta) tempat di SMA Bambanglipuro ( sudah terlaksana Nopember 2011)
3. Pendalaman Materi Pengembangan profesi II nara sumbar Drs. Sujarwa (Widya Iswara LPMP Yogyakarta tempat pelaksanaan SMA Muh Bantul (Nopember 2011)
4. Penyusunan kelengkapan Administrasi Mengajar Semester II tempat SMA N 1 Sewon (terlaksana Januari 2012)
5. Pendalaman Materi Penerapan Nilai-Nilai Sosial Budaya dan Karakter Bangsa Nara Sumber Drs.Sardiman,M.Pd prodi Sejarah UNY tempat di MAN Sabdodadi Bantul (bulan Pebruari 2012)
6. Pendalaman Materi sejarah Kontraversi nara sumbar Drs. Nur Rohman, M.Pd prodi Sejarah UNY tempat di SMA N 1 Bantul (terlaksana Bulan pebruari 2012
7. Pendalaman Materi Sejarah Kontraversi Lanjutan nara sumber Drs. Nur Rohman M.Pd. prodi sejarah UNY rencana di SMA 2 Bantul Maret 2012
8. Pembimbingan Penulisan Pengembangan Provesi oleh Drs. Sujarwa, M.Pd Widya Iswara LPMP Yogyakarta rencana bulan Maret 2011.
9. Pembelajaran ICT Pertama nara sumber Suyudi Suhartono S.Pd. SMA N 1 Sewon / Fasilitator Direktorat PSMA Kementrian Pendidikan Nasional
10. Pembelajaran ICT Lanjutan nara sumber Suyudi Suhartono S.Pd. SMA N 1
Sewon / Fasilitator Direktorat PSMA Kementrian Pendidikan Nasional
Workshop Pengisian Konten Blog
Guna meningkatkan kompetensi para guru dalam kegiatan tulis menulis, Forum Guru Penulis Bantul mengadakan workshop atau pelatihan mengisi konten webblog. Pelatihan diikuti oleh Pengurus FGPB sebanyak 15 guru. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer SMA Negeri 1 Imogiri.
Dalam latihan ini, para peserta diminta untuk melakukan posting (upload) tulisan. Tulisan-tulisan yang diposting diantaranya ; info sastra, berita sekolah, dan kegiatan MGMP.
Siap Unas Fisika 2012
oleh: Warsono, guru SMAN 1 Bambanglipuro
oleh: Warsono, guru SMAN 1 Bambanglipuro
Buat anak-anakku yang sholih dan sholihah, yang saat ini sedang menyiapkan diri untuk bertempur pada 16-19 April mendatang. Mau tidak mau, suka tidak suka hari itu akan anda hadapi. Untuk itu, hal terbaik yang dapat anda lakukan adalah dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Apa yang harus dipersiapkan?
- Kesehatan fisik, jaga kondisi fisik dengan mengatur pola makan, istirahat, belajar yang berimbang.
- Kesiapan mental, dengan keyakinan bahwa "aku pasti bisa" dengan usaha sungguh-sungguh dan berserah diri kepada-Nya.
- Siap Materi
Nah Bapak akan memberikan sedikit trik khusus untuk fisika.
- Untuk soal hitungan yang pilihan jawaban angkannya berbeda, misal: a. 500 b. 600. c.650 d. 700 e. 750 maka kita tidak perlu mempedulikan banyaknya angka nol . Contoh, coba lihat kembali soal TO MKKS 3 Kabupaten Bantul tahun 2012 tentang celah tunggal. lamda = d.y/l = 3/2 . 4 /12 = 5. Nah jawabannya pasti yang mengandung angka 5. Dengan trik ini, soal semacam ini bisa diselesaikan hanya dalam waktu 30 detik.
- Tunggu di episode berikutnya
Kamis, 09 Februari 2012
PENGINTEGRASIAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DALAM PEMBELAJARAN
Oleh
Sovia Isniati (SMA N 1
KRETEK)
UU
No.20/2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2) mnyatakan bahwa, KTSP Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi
untuk pendidikan menengah. Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab
setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi
dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode
sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. PP no.19/2005 SNP Pasal 17
menyebutkan:
1. Kurikulum
tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs,SMPLB, SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK,
atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
peserta didik.
2.
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA,
dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK.
Penjabaran
kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan
kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan
karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang
diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan
dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun
Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu
kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis
dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut
menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa
dan komunitas terhadap bencana.
Pada
bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah,
institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World
Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut
mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005- 2015
: Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA).
Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168negara dan menetapkan tujuan yang jelas –
secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun
kerugian terhadap asetaset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan
negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya
pada tahun 2015.
Konferensi
tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun
ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam
secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada
budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan
pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan
tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan
usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang
pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum
pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya
untuk menjangkau anakanak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan
integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam
dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United
Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2)
menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program
kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di
sekolahsekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya;
(4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko
bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang
pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal,
dan sebagainya.
Pendidikan
Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses
pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan
risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana.
Pendidikan PRB lebih luas dari pendidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan
tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan,
dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk
pengurangan risiko bencana.
Tujuan
pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1.
Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2.
Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3. Mengembangkan pemahaman
tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang
kerentanan fisik, serta kerentanan prilaku dan motivasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap
risiko bencana.
5. Mengembangkan upaya untuk
pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif.
6. Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.
7. Meningkatkan
kemampuan tanggap darurat bencana.
8. Mengembangkan kesiapan untuk
mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi
dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana.
9. Meningkatkan kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.
Pengintegarasian PRB dalan KTSP bisa dilaksanakan
dengan memasukkan dalam muatan lokal, terintegrasi dalam mata pelajaran atau
pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini disesuaikan dengan
kondisi sekolah masing-masing. Pengintegrasian materi pembelajaran
Pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran bisa dilakukan terhadap mata pelajaran
yang ada dalam struktur kurikulum (Standar Isi) yang wajib dilaksanakan di
sekolah ataupun mata pelajaran tambahan sebagai mata pelajaran pokok.
Pengintegrasian materi pembelajaran Pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran pokok
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi
materi pembelajaran pendidikan PRB.
2. Analisis
kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan materi pembelajaran pendidikan PRB.
3. Penyusunan
model pengintegrasian PRB dalam kurikulum pembelajaran
4. Penyusunan
Silabus yang mengintegrasikan materi pembelajaran pendidikan PRB.
5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang Menginterasikan Materi Pembelajaran Pendidikan PRB.
5. Penyusunan
bahan ajar yang mengintegrasikan materi pembelajaran PRB.
Materi
pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai
siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ditetapkan. Materi pembelajaran pendidikan PRB dibagi menjadi 3 fase, yaitu
sebelum bencana, ketika bencana, dan sesaat atau setelah bencana. Materi
pembelajaran ketiga fase tersebut disusun berdasarkan jenis bencana yang
terjadi, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan kebakaran.
Materi
pembelajaran terdiri dari:
1. Materi
fakta, yaitu
segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat
2. Materi
konsep, yaitu
segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil
pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan
sebagainya. Materi konsep ini pada materi pembelajaran pendidikan PRB contohnya
adalah pengertian gempa bumi dan proses terjadinya tsunami.
3. Materi
prinsip, berupa
hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus,
adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Materi
prosedur, meliputi
langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
aktivitas dan kronologi suatu sistem. Materi prosedur ini pada pembelajaran
pendidikan PRB contohnya adalah prosedur penyelamatan diri ketika terjadi gempa
dan tsunami.
5. Materi
sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan
bekerja, dsb. Materi sikap atau nilai ini pada materi pembelajaran pendidikan
PRB contohnya adalah sikap yang harus dikembangkan dalam menjaga keselamatan
lingkungan.
CONTOH
PENGEMBANGAN RPP PRB
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I.
Identitas
Satuan Pendidikan :
SMA Negeri 1 Kretek
Mata Pelajaran :
Bahasa Inggris
Kelas/Program/Semester : XII /
IPA, IPS / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
II.
Standar Kompetensi
5. Membaca
Memahami makna teks fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk narrative,
explanation, dan discussion dalam konteks kehidupan sehari-hari
dan untuk mengakses ilmu pengetahuan.
III.
Kompetensi Dasar
5.2. Merespon makna dalam dan langkah
retorika dalam esei yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar
dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu
pengetahuan dalam teks berbentuk: narrative, explanation dan discussion.
IV.
Indikator
1.
Dapat
menyebutkan generic structure dari teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
2.
Dapat
mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan dalam teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
3.
Dapat menyebutkan
tema teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
4.
Dapat menemukan
informasi tertentu yang terdapat dalam teks explanation
berjudul “How an Earthquake Happens”.
5.
Dapat menemukan
informasi rinci tersurat yang terdapat dalam teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
6.
Dapat menemukan
informasi rinci tersirat yang terdapat dalam teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
7.
Dapat menyebutkan
tujuan komunikasi penulisan teks explanation.
berjudul “How an Earthquake Happens.
V.
Tujuan Pembelajaran
Setelah
membaca teks berbentuk explanation siswa dapat:
1.
mengidentifikasi
generic structure dari teks
tulis essei berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
2.
menentukan gambaran umum tentang isi teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How
an Earthquake Happens”.
3.
menentukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks tulis essei
berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
4.
menentukan informasi rinci yang terdapat dalam teks tulis essei
berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
5.
menentukan tujuan komunikasi dari teks tertulis berbentuk explanation berjudul “How
an Earthquake Happens”.
VI.
Materi Pokok
Explanation
is a text with the organization as the following:
1.
General Statement.
2.
Sequenced of explanation
3.
Closing
The communicative purpose of an
explanation is to explain the processes
involved in the formation and the working of natural or social phenomenon.
Language features of an explanation:
1. The use of general and abstract
nouns.
2. The use of simple present tense.
3. The use of conjunctions of time and
cause.
4. The use of technical language.
Contoh Teks Explanation.
An earthquake is a sudden and
sometimes catastrophic movement of a part of the Earth’s surface. Earthquakes result from the dynamic release of
elastic strain energy that radiates seismicwaves. Earthquakes typically
result from the movement within the Earth’s upper crust. The word earthquake is
also widely used to indicate the source region itself. Earthquakes occur where the stress resulting
from the differential motion of these exceeds the strength of the crust. The
highest stress (and possible weakest zones) is most often found at the
boundaries of the tectonic plates and hence these locations are where
the majority of earthquakes occur. Events located at plate boundaries are
called interplateearthquakes, the less frequent events that occur in the
interior of the lithospheric plates are called interplate earthquakes.
Earthquakes also occur in volcanic regions. Seismic waves including some strong
enough to be felt by humans can also be caused by explosions
VII. Metode Pembelajaran
Permodelan,
Diskusi, Tanya Jawab.
Presentation, Practice,
Poduction
VIII. Sumber dan Media Pembelajaran
1.
Buku Elektronik ’Developing
English Competence’,
2.
Buku ’English Text in Use’. Muchlas Yusak,
Rohani, Rudi Hartono, Aneka Ilmu.
3.
Lembar
Kerja.
IX.
Langkah-langkah Pembelajaran
1.
Pembukaan
a.
Orientasi
Salam dan tegur
sapa:
1) Good morning/Good afternoon.
2) How are you?
3) Did you sleep well last night?
4) Did you have breakfast this
morning?
5) Who are absent today
b.
Apersepsi
Guru
menanyakan kepada siswa hal-hal sebagai berikut:
1) Do you still
remember what happened on May 26th 2006 in our region?
2) What
happened at that time?
3) What did you
and your family do when the earthquake happened?
4) How were
people in your neighborhood?
5) Do you know
why it can happen?
c.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
1) Siswa dapat mengidentifikasi
generic structure dari teks
tulis essei berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
2) Siswa dapat menentukan gambaran umum tentang isi teks tulis essei
berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
3) Siswa dapat menentukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks
tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.
4) Siswa dapat menentukan informasi rinci yang terdapat dalam teks tulis
essei berbentuk explanation berjudul
“How an Earthquake Happens”.
5) Siswa dapat menentukan tujuan komunikasi dari teks tertulis berbentuk explanation berjudul “How
an Earthquake Happens”.
2.
Kegiatan
Inti
1.
Presentation
a.
Siswa
memperhatikan guru yang memberikan contoh teks explanation berjudul “How an
Earthquake Happens”.dan menjelaskan tentang hal-hal berikut:
1.
General Statement.
2.
Sequenced of explanation
3.
Closing
The communicative purpose of an explanation is to explain the processes involved in the formation and the working of
natural or social phenomenon.
b. Siswa membaca
teks berjudul ‘Tsunami’ yang
diberikan guru dan mengidentifikasi generic
structure dari teks yang diberikan.
c. Siswa dan guru
membahas jawaban tentang generic structure dari teks teks berjudul ‘Tsunami’ yang telah dibaca.
d. Siswa membaca
ulang teks berjudul ‘Tsunami’ yang
diberikan guru dan mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan.
2. Practice
a.
Siswa secara
berpasangan mendiskusikan gambaran umum/tema teks explanation berjudul ‘Tsunami”.
b.
Siswa menjawab
pertanyaan bacaan tentang informasi
rinci tersurat/tersirat dan tujuan komunikasi teks explanation berjudul ‘Tsunami”
c.
Siswa dan guru
membahas jawaban dari pertanyaan bacaan
tentang teks explanation berjudul ‘Tsunami’.
3.
Production
a.
Siswa diberi teks berbentuk explanation berikut pertanyaan bacaan.
b.
Siswa mengerjakan latihan
pemahaman bacaan.
c.
Siswa dan guru membahas jawaban.
3.
Penutup
a.
Kesimpulan
Guru
menyampaikan kesimpulan dari materi yang yang dipelajari:
§ Tema teks explanation dapat ditemukan dari bagian general statement (biasanya dinyatakan dengan ”how and why ... occurs , the process how and why ... happens”).
§ Informasi rinci dapat ditemukan di bagian sequenced of explanation.
§ Tujuan komunikasi dari teks berbentuk discussion adalah ”
to explain the processes involved in the
formation and the working of natural or social phenomenon.
b.
Penilaian
Proses
Guru bertanya
secara lisan hal-hal berikut:
§ In
which part of the text can we find the topic of an explanation text?
§ Where
can we find the process how and why a natural phenomena happens?
§ What
is the communicative purpose of an explanation text?
c.
Tindak
Lanjut
Guru
memberikan pertanyaan lisan sebagai berikut:
§ Based on the information that you get from our SSB team what should we do
when an earthquake happens?
§ When should we get out of this
place?
§ Where should we go then?
Guru memberi tugas
sebagai berikut:
§ Find
an explanation text in text books or in the internet which deal with how and why
a natural phenomena happen.
X.
Penilaian
1.
Jenis
Tagihan: Tes tertulis
2.
Bentuk
Soal: Uraian
3.
Soal:
terlampir
4.
KunciJawaban:
terlampir
Mengetahui Kretek,
Agustus 2010
Kepala SMA Negeri 1 Kretek Guru
Mata Pelajaran
IBNU SUHANDA, M.Pd. Yuana Purnaminingsih, M.Pd.
Pelatihan Mengisi Konten Webblog
Berdasarkan musyawarah pengurus pada tanggal 8 Februari 2012, maka akan diadakan Pelatihan/Workshop Pengisian Konten Webblog Forum Guru Penulis Bantul. Adapun kegiatan akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal : 16 Februari 2012, Pukul : 14.00 wib - 16.00 wib. Bertempat di Lab. Komputer SMA Negeri 1 Imogiri.
Untuk itu, kami mengharap Bapak/Ibu pengurus FGPB yang pada pertemuan kemarin (8/02) belum dapat hadir, dimohon bisa hadir pada pertemuan yang akan datang. Menggarisbawahi apa yang diusulkan oleh Ibu Sofie, marilah kita jadikan webblog kita ini sebagai ladang untuk berlatih menulis, baik menulis sastra, ilmiah populer, artikel ringan, hingga karya penelitian.
Sebab, tak akan pernah terlahir karya besar jika kita tidak memulainya, bahkan dari hal kecil sekalipun. Salam. (pgm2012)
Langganan:
Postingan (Atom)