Senin, 20 Februari 2012

PENDIDIKAN NILAI, SOLUSI MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG DI KALANGAN PELAJAR*

Oleh
Sovia Isniati (SMA N 1 Kretek)

Globalisasi telah menempatkan manusia pada dunia tanpa batas (borderless world). Globalisasi yang disertai dengan revolusi di bidang ICT (Information and Communication Technology) membawa pengaruh pada perilaku di kalangan generasi muda termasuk para pelajar. Berbagai kemudahan memperoleh informasi akibat akselerasi di bidang ICT telah membuat generasi muda Indonesia yang merupakan tulang punggung bangsa teracuni dengan berbagai dampak negatif globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa munculnya budaya kekerasan, konsumerisme menjadi gaya hidup kawula muda, lunturnya semangat kegotong royongan, kurangnya penghargaan terhadap budaya sendiri, meninggalkan hasil produksi dalam negeri dan lebih membanggakan hasil produksi luar negeri, bahkan hingga sekarang, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga mengkonsumsi minuman keras dan narkotika. Bahkan sudah ada gejala peredaran adegan porno yang diperankan oleh para pelajar. Kondisi ini tentu saja menjadikan satu keprihatinan bagi kita. Akan tetapi fenomena ini tidak akan terjadi apabila orang tua dan lembaga pendidikan berhasil menerapkan pendekatan pendidikan nilai dan mengajarkan nilai moral yang berlaku di masyarakat.
Berkaitan dengan pendekatan pendidikan nilai, Kirchenbaum menyarankan pendidikan nilai yang komprehensif yang meliputi Inculcation (Inkulkasi), Fasilitation (fasilitasi), dan pembinaan keterampilan (skill building). Pendekatan penanaman nilai (inkulkasi) mengusahakan agar para siswa mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri. Nilai adalah seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran dalam kelakuan. Pengertian lain dari nilai adalah the addresse of a yes. Artinya nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan ya. Nilai merupakan sesuatu yang mempunyai konotasi positif. Dalam dunia pendidikan, pendidikan nilai merupakan salah satu bagian dari pendidikan afektif. Tujuan pendidikan afektif adalah membantu siswa agar meningkat dalam hierarki afektif, yakni dari tingkat paling bawah (menerima pernyataan tentang nilai-nilai) melalui tingkat merespons terhadap nilai-nilai kemudian menghargainya, merasa komitmen terhadap nilai-nilai itu dan akhirnya menginternalisasikan sistem nilai sebagai tingkat tertinggi dalam perkembangan afektif.
Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Namun banyaknya materi bahasan yang dibebankan oleh kurikulum dengan keterbatasan waktu yang tersedia merupakan kendala bagi guru untuk dapat mengoptimalkan penanaman nilai-nilai pada siswa. Untuk mengejar target kurikulum, guru dalam pembelajaran cenderung lebih menekankan penguasaan materi ajar. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam diri siswa adalah nilai-nilai nurani (values of being) yang meliputi ketaqwaan kepada Tuhan YME, kejujuran, rasa percaya diri, kesabaran, ketertiban, dan keberanian. Sedangkan nilai-nilai yang memberi (values of giving) meliputi kesetiaan, dapat dipercaya, menghormati, empati dan simpati, kasih sayang, ramah, dan adil. Pendidikan nilai sebenarnya sudah didapatkan anak semenjak berada di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar. Secara sadar atau tidak, mereka sudah mulai mengembangkan pendidikan nilai melalui pengamatan terhadap orang tua, teman, media, yang pada akhirnya mereka akan meniru apa yang telah mereka lihat setiap hari. Pengembangan pendidikan nilai dilanjutkan pada lembaga pendidikan atau sekolah.
Bagaimana metode pendidikan nilai yang tepat dan menyenangkan? Sebagai guru pertama bagi anak, orangtua berperan penting menjadi pelaku nilai, baik nilai-nilai nurani maupun nilai-nilai memberi. Mulailah dari hal kecil seperti membiasakan salam, berkata santun, hingga pada hal paten seperti salat lima waktu bagi keluarga muslim. Sebagai teladan, orangtua harus menunjukkan kepada anak bahwa orangtua “menjunjung tinggi nilai itu”. Selanjutnya sekolah sebagai subkontraktor pendidikan nilai mempunyai tanggung jawab melanjutkan penanaman pendidikan nilai. Di sekolah ada  guru yang mengajarkan pendidikan agama, guru pendidikan kewarganegaraan, dan bahkan guru bimbingan dan konseling, tetapi pada kenyataannya jam pelajaran sangatlah minim dibandingkan dengan kuantitas jam pelajaran pada disiplin ilmu lainnya.
Karena itu seharusnya guru yang mengajarkan disiplin ilmu lain, ikut aktif menanamkan pendidikan nilai. Sehingga pelaksanaannya kontinyu tidak terpusat pada satu atau dua mata pelajaran. Sehingga  semua yang terlibat pada proses pembelajaran di sekolah, bisa menjadi pelaku nilai moral, karena seorang guru panutan bag isiswanya baik dalam berucap ataupun bersikap.
 Kegagalan orang tua atau guru dalam menanamkan pendidikan nilai bisa jadi karena metode yang kita gunakan kurang efisien atau membosankan. Untuk itu sudah saatnya kita mencoba membenahinya dengan metode lainnya, sehingga tujuan akan tercapai. Pertama, diskusi atau problem solving dimana anak kita libatkan untuk mengemukakan ide dalam mencari solusi masalah yang sering mereka alami, sementara kita membantu mereka mengembangkan minat dan kemampuan mereka sendiri untuk berbicara. Nilai-nilai yang kita ajarkan perlahan-lahan namun pasti akan menular kepada mereka apabila kita sering berinteraksi. Kedua, permainan (game) skenario kita betul-betul menempatkan diri anak dalam situasi yang memperlihatkan konsekuensi serta hubungan sebab akibat dalam berbagai pilihan atau perilaku. ketiga, penghargaan dan pujian yang positif,  perhatian positif yang kita berikan saat seorang anak menunjukkan citra diri (self - image) dan individualitasnya dapat membangun rasa percaya dirinya dan hal ini diperlukan untuk mendapatkan keandalan diri (self-reliance). Pujilah mereka saat menunjukkan tindakan pengembangan nilai karena akan membuat mereka bangga dan merasa dapatdiandalkan. Keempat, membiasakan pepatah-pepatah atau kata-kata bijak, untuk menanamkan nilai moral yang kuat kedalam benak seorang anak kita harus  membiasakan pepatah atau kata bijak yang menyatakan suatu nilai moral
Mengingat pentingnya pendidikan nilai pada anak, sudah seharusnya orang tua dan lembaga pendidikan berbenah diri dengan mengubah tradisi dan memanfaatkan sarana prasana yang menunjang  pengembangan pendidikan nilai. Mari bahu membahu untuk mewujudkan pribadi generasi kita yang mengaplikasikan pendidikan nilai. Oleh karena itu pendidikan nilai harus kita berikan sekarang dan seterusnya.


* Artikel ini telah di publikasikan di Harian Jogja, Sabtu Wage, 25 Juli 2009



Kamis, 16 Februari 2012

MGMP Sejarah SMA/MA Kabupaten Bantul  pada Bulan Oktober 2011 membentuk pengurus baru periode 2011 s.d 2013 dengan Ketua Marharjono S.Pd (SMA Sewon)  Ketua II Sukarja S.Pd.(SMA Dlingo) Sekretaris I , II Rudi Purwono, S.Pd (SMA 2 Banguntapan) dan Wahyudi SPd (SMA N Bambanglipuro) dan dilengkapi dengan 6 anggota pengurus.
Pada tahun pelajaran 2011/2012  merencanakan program kegiatan 10 kali pertemuan :
1. Sosialisasi Program kepada peserta tempat di SMA N 1 Sewon   (sudah terlaksana bulan oktober 2011)
2. .Pendalaman Materi Pengembangan Profesi I nara sumber Drs Sujarwa (Widya Iswara LPMP   Yogyakarta)    tempat di SMA Bambanglipuro ( sudah terlaksana Nopember 2011)
3. Pendalaman Materi Pengembangan profesi II nara sumbar Drs. Sujarwa (Widya Iswara LPMP Yogyakarta tempat pelaksanaan SMA Muh Bantul (Nopember 2011)
4. Penyusunan kelengkapan Administrasi Mengajar Semester II  tempat SMA N 1 Sewon (terlaksana Januari 2012)
5. Pendalaman Materi Penerapan Nilai-Nilai Sosial Budaya dan Karakter Bangsa Nara Sumber Drs.Sardiman,M.Pd prodi Sejarah  UNY  tempat di MAN Sabdodadi Bantul (bulan Pebruari 2012)
6. Pendalaman Materi sejarah Kontraversi nara sumbar Drs. Nur Rohman, M.Pd prodi Sejarah UNY tempat di SMA N 1 Bantul (terlaksana Bulan pebruari 2012
7. Pendalaman Materi Sejarah Kontraversi Lanjutan  nara sumber Drs. Nur Rohman M.Pd. prodi sejarah UNY  rencana di SMA 2 Bantul  Maret 2012
8. Pembimbingan Penulisan Pengembangan Provesi oleh Drs. Sujarwa, M.Pd Widya Iswara LPMP Yogyakarta rencana bulan Maret 2011.
9. Pembelajaran ICT Pertama  nara sumber Suyudi Suhartono S.Pd. SMA N 1 Sewon / Fasilitator Direktorat PSMA Kementrian Pendidikan Nasional
10. Pembelajaran ICT Lanjutan  nara sumber Suyudi Suhartono S.Pd. SMA N 1 Sewon / Fasilitator Direktorat PSMA Kementrian Pendidikan Nasional





Workshop Pengisian Konten Blog

Guna meningkatkan kompetensi para guru dalam kegiatan tulis menulis, Forum Guru Penulis Bantul mengadakan workshop atau pelatihan mengisi konten webblog. Pelatihan diikuti oleh Pengurus FGPB sebanyak 15 guru. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer SMA Negeri 1 Imogiri.
Dalam latihan ini, para peserta diminta untuk melakukan posting (upload) tulisan. Tulisan-tulisan yang diposting diantaranya ; info sastra, berita sekolah, dan kegiatan MGMP.




Siap Unas Fisika 2012
oleh: Warsono, guru SMAN 1 Bambanglipuro

Buat anak-anakku yang sholih dan sholihah, yang saat ini sedang menyiapkan diri untuk bertempur pada 16-19  April mendatang. Mau tidak mau, suka tidak suka hari itu akan anda hadapi. Untuk itu, hal terbaik yang dapat anda lakukan adalah dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Apa yang harus dipersiapkan?
  • Kesehatan fisik, jaga kondisi fisik dengan mengatur pola makan, istirahat, belajar yang berimbang.
  • Kesiapan mental, dengan keyakinan bahwa "aku pasti bisa" dengan usaha sungguh-sungguh dan berserah diri kepada-Nya.
  • Siap Materi
Nah Bapak akan memberikan sedikit trik khusus untuk fisika.
  1. Untuk soal hitungan yang pilihan jawaban angkannya berbeda, misal:  a. 500    b. 600.    c.650                d. 700    e. 750 maka kita tidak perlu mempedulikan banyaknya angka nol . Contoh, coba lihat kembali soal TO MKKS 3 Kabupaten Bantul tahun 2012 tentang celah tunggal.  lamda = d.y/l = 3/2 . 4 /12 = 5. Nah jawabannya pasti yang mengandung angka 5. Dengan trik ini, soal semacam ini bisa diselesaikan hanya dalam waktu 30 detik.
  2. Tunggu di episode  berikutnya

Kamis, 09 Februari 2012

PENGINTEGRASIAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DALAM PEMBELAJARAN

Oleh
Sovia Isniati (SMA N 1 KRETEK)


UU No.20/2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2) mnyatakan bahwa, KTSP Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar  dan provinsi untuk pendidikan menengah. Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. PP no.19/2005 SNP Pasal 17 menyebutkan:
1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs,SMPLB, SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005- 2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap asetaset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015.
Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anakanak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolahsekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya.
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari pendidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan prilaku dan motivasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.
5. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif.
6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.
7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana.
9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.

Pengintegarasian PRB dalan KTSP bisa dilaksanakan dengan memasukkan dalam muatan lokal, terintegrasi dalam mata pelajaran atau pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Pengintegrasian materi pembelajaran Pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran bisa dilakukan terhadap mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum (Standar Isi) yang wajib dilaksanakan di sekolah ataupun mata pelajaran tambahan sebagai mata pelajaran pokok. Pengintegrasian materi pembelajaran Pendidikan PRB ke dalam mata pelajaran pokok dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi materi pembelajaran pendidikan PRB.
2. Analisis kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan materi pembelajaran pendidikan PRB.
3. Penyusunan model pengintegrasian PRB dalam kurikulum pembelajaran
4. Penyusunan Silabus yang mengintegrasikan materi pembelajaran pendidikan PRB.
5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Menginterasikan Materi Pembelajaran Pendidikan PRB.
5. Penyusunan bahan ajar yang mengintegrasikan materi pembelajaran PRB.
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,  keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. Materi pembelajaran pendidikan PRB dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebelum bencana, ketika bencana, dan sesaat atau setelah bencana. Materi pembelajaran ketiga fase tersebut disusun berdasarkan jenis bencana yang terjadi, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan kebakaran.
Materi pembelajaran terdiri dari:
1.      Materi fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat
2.      Materi konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya. Materi konsep ini pada materi pembelajaran pendidikan PRB contohnya adalah pengertian gempa bumi dan proses terjadinya tsunami.
3.      Materi prinsip, berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
4.      Materi prosedur, meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Materi prosedur ini pada pembelajaran pendidikan PRB contohnya adalah prosedur penyelamatan diri ketika terjadi gempa dan tsunami.
5.      Materi sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb. Materi sikap atau nilai ini pada materi pembelajaran pendidikan PRB contohnya adalah sikap yang harus dikembangkan dalam menjaga keselamatan lingkungan.



CONTOH PENGEMBANGAN  RPP PRB

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

I.                Identitas
Satuan Pendidikan                     : SMA Negeri 1 Kretek
Mata Pelajaran                          : Bahasa Inggris
Kelas/Program/Semester          : XII / IPA, IPS / Ganjil
Alokasi Waktu                            : 2 x 45 menit
II.              Standar Kompetensi
5.  Membaca
Memahami makna teks fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk narrative, explanation, dan discussion dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan.
III.            Kompetensi Dasar
5.2. Merespon makna dalam dan langkah retorika dalam esei yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan dalam teks berbentuk: narrative, explanation dan discussion.
IV.           Indikator
1.         Dapat menyebutkan generic structure dari teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
2.         Dapat mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan dalam teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
3.         Dapat menyebutkan  tema teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
4.         Dapat menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
5.         Dapat menemukan informasi rinci tersurat yang terdapat dalam teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
6.         Dapat menemukan informasi rinci tersirat yang terdapat dalam teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
7.         Dapat menyebutkan tujuan komunikasi penulisan teks  explanation. berjudul “How an Earthquake Happens.

V.             Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca teks berbentuk explanation  siswa dapat: 
1.       mengidentifikasi generic structure dari teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
2.       menentukan gambaran umum tentang isi teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
3.       menentukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
4.       menentukan informasi rinci yang terdapat dalam teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
5.       menentukan tujuan komunikasi dari teks tertulis berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
VI.           Materi Pokok
Explanation is a text with the organization as the following:
1.       General Statement.
2.       Sequenced of explanation
3.       Closing
The communicative purpose of an explanation is to explain the processes involved in the formation and the working of natural or social phenomenon.
Language features of an explanation:
1.       The use of general and abstract nouns.
2.       The use of simple present tense.
3.       The use of conjunctions of time and cause.
4.       The use of technical language.

          Contoh Teks Explanation.
          An earthquake is a sudden and sometimes catastrophic movement of a part of the Earth’s surface. Earthquakes result from the dynamic release of elastic strain energy that radiates seismicwaves. Earthquakes typically result from the movement within the Earth’s upper crust. The word earthquake is also widely used to indicate the source region itself. Earthquakes occur where the stress resulting from the differential motion of these exceeds the strength of the crust. The highest stress (and possible weakest zones) is most often found at the boundaries of the tectonic plates and hence these locations are where the majority of earthquakes occur. Events located at plate boundaries are called interplateearthquakes, the less frequent events that occur in the interior of the lithospheric plates are called interplate earthquakes. Earthquakes also occur in volcanic regions. Seismic waves including some strong enough to be felt by humans can also be caused by explosions   
  
VII. Metode Pembelajaran
Permodelan, Diskusi, Tanya Jawab.
Presentation, Practice, Poduction
VIII.   Sumber dan Media Pembelajaran
1.       Buku  Elektronik ’Developing English Competence’,
2.       Buku ’English Text in Use’. Muchlas Yusak, Rohani, Rudi Hartono,  Aneka Ilmu.
3.       Lembar Kerja.
IX.            Langkah-langkah Pembelajaran
1.       Pembukaan
a.       Orientasi
Salam dan tegur sapa:
1)      Good morning/Good afternoon.
2)      How are you?
3)      Did you sleep well last night?
4)      Did you have breakfast this morning?
5)      Who are absent today
b.      Apersepsi
Guru menanyakan kepada siswa hal-hal sebagai berikut:
1)      Do you still remember what happened on May 26th 2006 in our region?
2)      What happened at that time?
3)      What did you and your family do when the earthquake happened?
4)      How were people in your neighborhood?
5)      Do you know why it can happen?
c.       Menyampaikan tujuan pembelajaran
1) Siswa dapat mengidentifikasi generic structure dari teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
2) Siswa dapat menentukan gambaran umum tentang isi teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
3)     Siswa dapat menentukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
4)  Siswa dapat menentukan informasi rinci yang terdapat dalam teks tulis essei berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
5)  Siswa dapat menentukan tujuan komunikasi dari teks tertulis berbentuk explanation berjudul “How an Earthquake Happens.
2.       Kegiatan Inti
1.         Presentation
a.     Siswa memperhatikan guru yang memberikan contoh teks explanation berjudul “How an Earthquake Happens.dan menjelaskan tentang hal-hal berikut:
1.       General Statement.
2.       Sequenced of explanation
3.       Closing
The communicative purpose of an explanation is to explain the processes involved in the formation and the working of natural or social phenomenon.
b.  Siswa membaca teks berjudul ‘Tsunami’ yang diberikan guru dan mengidentifikasi generic structure dari teks yang diberikan.
c.   Siswa dan guru membahas jawaban tentang generic structure dari teks teks berjudul ‘Tsunami’ yang telah dibaca.
d.  Siswa membaca ulang teks berjudul ‘Tsunami’ yang diberikan guru dan mengidentifikasi pola kalimat yang digunakan.
2.       Practice
a.       Siswa secara berpasangan mendiskusikan gambaran umum/tema teks explanation berjudul ‘Tsunami”.
b.      Siswa menjawab pertanyaan  bacaan tentang informasi rinci tersurat/tersirat dan tujuan komunikasi teks explanation berjudul ‘Tsunami
c.       Siswa dan guru membahas jawaban dari pertanyaan  bacaan tentang teks explanation berjudul ‘Tsunami’.
3.       Production
a.       Siswa diberi teks berbentuk explanation berikut pertanyaan bacaan.
b.      Siswa mengerjakan latihan pemahaman bacaan.
c.       Siswa dan guru membahas jawaban.
3.       Penutup
a.       Kesimpulan
Guru menyampaikan kesimpulan dari materi yang yang dipelajari:
§  Tema teks explanation dapat ditemukan dari bagian general statement (biasanya dinyatakan dengan ”how and why ... occurs , the process how  and why ... happens”).
§  Informasi rinci dapat ditemukan di bagian sequenced of explanation.
§  Tujuan komunikasi dari teks berbentuk discussion adalah ” to explain the processes involved in the formation and the working of natural or social phenomenon.
b.      Penilaian Proses
Guru bertanya secara lisan hal-hal berikut:
§  In which part of the text can we find the topic of an explanation text?
§  Where can we find the process how and why a natural phenomena happens?
§  What is the communicative purpose of an explanation text?
c.       Tindak Lanjut
Guru memberikan pertanyaan lisan sebagai berikut:
§  Based on the information that you get from our SSB team what should we do when an earthquake happens?
§  When should we get out of  this place?
§  Where should we go then?
Guru memberi tugas sebagai berikut:
§  Find an explanation text in text books or in the internet which deal with how and why a natural phenomena happen.
X.              Penilaian
1.       Jenis Tagihan: Tes tertulis
2.       Bentuk Soal: Uraian
3.       Soal: terlampir
4.       KunciJawaban: terlampir

Mengetahui                                                                          Kretek, Agustus 2010
Kepala SMA Negeri 1 Kretek                                             Guru Mata Pelajaran


IBNU SUHANDA, M.Pd.                                                   Yuana Purnaminingsih, M.Pd.

Pelatihan Mengisi Konten Webblog

Berdasarkan musyawarah pengurus pada tanggal 8 Februari 2012, maka akan diadakan Pelatihan/Workshop Pengisian Konten Webblog Forum Guru Penulis Bantul. Adapun kegiatan akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal : 16 Februari 2012, Pukul : 14.00 wib - 16.00 wib. Bertempat di Lab. Komputer SMA Negeri 1 Imogiri.
Untuk itu, kami mengharap Bapak/Ibu pengurus FGPB yang pada pertemuan kemarin (8/02) belum dapat hadir, dimohon bisa hadir pada pertemuan yang akan datang. Menggarisbawahi apa yang diusulkan oleh Ibu Sofie, marilah kita jadikan webblog kita ini sebagai ladang untuk berlatih menulis, baik menulis sastra, ilmiah populer, artikel ringan, hingga karya penelitian.
Sebab, tak akan pernah terlahir karya besar jika kita tidak memulainya, bahkan dari hal kecil sekalipun. Salam. (pgm2012)